Negeri Surga yang Dirampok Para Maling

  • Whatsapp

Oleh : Sugoyanto Emik

Pengamat Kebijakan Publik

Koranmetronews.id (Jakarta)-Negeri ini—dulu disebut Nusantara,
janji Sumpah Palapa Patih Gajah Mada
masih terpatri dalam sejarah bangsa.
Lautannya bagai meja emas,
tanahnya laksana perut padi,
bahasanya lembut menyulam cerita raja, kesultanan,
dan bunga peradaban yang pernah mekar untuk semua.

Jejaknya terukir di batu Gunung Padang,
bisik purba menahan waktu.
Sebelum kalender Barat membuka lembaran,
telah lahir peradaban yang menata hari,
menyusun panen, dan membangun harmoni.

Namun datanglah para bedebah:
layar asing meraba peta,
membelah pulau laksana buku lama.
Benteng berdiri, kontrak ditandatangani,
tinta kering penuh tipu daya.
Emas, rempah, hutan, dan hasil bumi—
semua disaring ke perut kapal, meninggalkan luka panjang.

Tetapi maling tak selalu bertopeng;
kadang berjas, berdasi, berseremonial.
Janji manis terucap di meja rapat,
namun milik bersama dialihkan jadi harta pribadi.

Sejarah merobek kain kebersamaan,
namun rakyat tetap menanam: padi, doa, dan harapan.
Jiwa Nusantara tak pernah luluh,
ia menuntut kembali haknya:
tanah, air, dan hasil bumi,
sebagaimana amanat konstitusi,
“untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

Kini musuh tak hanya datang dari jauh,
tapi juga berbisik dari dalam istana,
dari ruang sidang DPR,
dari meja tender beraroma suap,
dari banker yang menyimpan rekening gelap.
Amanah ditukar uang haram,
masa depan dijual demi selera sempit.

Bung Karno pernah berpesan:
“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah,
tapi perjuanganmu akan lebih sulit,
karena melawan bangsamu sendiri.”

Maka suara ini menyeru: Hentikan!
Kembalikan yang dirampok!
Jumlah kekayaan alam dan uang rakyat
yang diselewengkan sangatlah fantastis—
ribuan triliun rupiah,
cukup untuk melunasi hutang negara,
cukup untuk memakmurkan seluruh rakyat Indonesia.

Tangkap para bedebah koruptor, siapa pun mereka:
oknum pengusaha kongkalikong,
oknum pemimpin, pejabat, anggota legislatif,
oknum polisi, jaksa, hakim, bahkan tentara.
Jika mereka maling,
merekalah pewaris watak penjajah,
yang menyaru atas nama bangsa,
namun melukai Ibu Pertiwi.

Negeri ini bukan warisan untuk segelintir perut,
melainkan janji bagi jutaan keluarga
yang menanti pagi tanpa kelaparan.

Kini Presiden Prabowo Subianto bersumpah:
akan mengejar koruptor hingga ke padang pasir,
bahkan sampai ke negeri Antartika.
Tangkaplah mereka, pulangkan harta,
tegakkan hukum tanpa pandang bulu,
ukir kembali harapan bangsa.

Biar Nusantara—kini Indonesia—
kembali jadi negeri surga:
warisan untuk generasi mendatang.
Rakyat harus hidup sejahtera,
adil dan makmur,
bukan terbebani pajak,
sementara para maling berpesta
di atas penderitaan rakyat. (john)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *