Koranmetronews. Id (Jakarta) – Hingga Februari 2024 ini, cakupan air bersih bagi warga Jakarta baru mencapai 65 persen. PAM Jaya menargetkan hingga 2030 seluruh warga Jakarta sudah menikmati layanan air bersih.
“Sejak awal tahun 2023, kami bekerja masif untuk mengejar target cakupan layanan 100 persen yang saat ini baru mencapai sekitar 65 persen,” ujar Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin pada acara diskusi bersama Balkoters, wartawan Balaikota dan DPRD DKI Jakarta. Acara yang juga menghadirkan narasumber dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI dan pengamat publik Trubus Rahadiansyah serta diikuti 60-an wartawan berlangsung di Balaikota DKI, Selasa (27/2).
Saat ini proses pipanisasi untuk jaringan baru sedang dilaksanakan di lima wilayah. Selain itu, juga dilakukan penggantian pipa primer dan sekunder yang berusia tua.
Menurut Arief, PAM Jaya juga terus meningkatkan pelayanan serta mengurangi angka kehilangan air atau non revenue water (NRW) yang saat ini berada di kisaran 45 persen. “Sejak putus kerjasama dengan Palyja dan Aetra, proses transisi yang dilakukan PAM Jaya sudah berjalan cukup bagus, sehingga layanan masyarakat nyaris tidak ada kendala,” kata Arief pada acara Balkoters Talk dengan tema ‘Setahun PAM Jaya Reborn, Peningkatan Layanan Versus Harga Murah Air Bersih Perpipaan’.
Arif menjelaskan, untuk penambahan cakupan layanan 100 perse, diperlukan pembangunan perpipaan sepanjang 7 ribu kilometer dan menambah jumlah produksi air bersih. “Khususnya tahun 2024, PAM Jaya punya target membangun 77 ribu sambungan baru untuk warga Jakarta yang belum terjangkau layanan. Pekerjaan ini tentu menimbulkan kemacetan di beberapa kawasan. Untuk itu kami mohon maaf atas pengertian masyarakat,” kata Arief.
Tarif air terjangkau
Adapun untuk tarif air PAM Jaya, Arief memastikan harganya murah. “Air seukuran satu meter kubik atau 1.000 liter, harganya cuma Rp 35.000 berarti hanya 3,5 perak per liternya. Bahkan untuk kawasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) cuma satu perak setiap liternya. Adapun soal harga mahal, karena masyarakat membeli kepada pihak ketiga misalnya dari gerobak dorong dan sebagainya,” tandas Arief. Adapun untuk kasus kehilangan air, pihaknya menargetkan menjadi 30 persen pada tahun 2030.
Sementara itu, Elisabeth Tariga, Kasi Perencanaan Dinas SDA DKI Jakarta,
menambahkan bahwa PAM Jaya di bawah kepemimpinan Arief sudah banyak melakukan pekerjaan maupun terobosan baru. “Banyak upaya yang telah dilakukan Pak Arief dan jajarannya untuk menuju target cakupan layanan 100 persen sekaligus mengurangi NRW dari 46 persen menjadi 30 persen. Untuk mewujudkan tujuan tersebut butuh kerja keras dan biaya besar. Kasus kehilangan air sebagian besar disebabkan kondisi pipa yang sudah sangat tua, berusia sekitar 100 tahun sehingga perlu diganti pipa baru.
Sedangkan Trubus menjelaskan hingga kini masih banyak warga memakai air tanah yang berpotensi menurunkan permukaan tanah. “Hal ini terjadi dikarenakan masih banyak masyarakat yang berhadapan dengan harga mahal air bersih. “Nah, disinilah butuh peranan Pemprov DKI untuk membuat kebijakan agar masyarakat bisa mendapatkan air bersih dengan harga murah supaya mereka beralih dari air tanah ke air perpipaan,” sarannya. Untuk sementara ini pemerintah juga harus memperbanyak reservoir komunal untuk menjangkau layanan di kawasan permukiman yang selama ini belum tersentuh oleh PAM Jaya. (John)