koranmetronews.id, TUAL – Wakil Gubernur Maluku Drs Barnabas Orno,sambutanya di acara penutupan Pesparani umat Katolik Provinsi Maluku mengatakan, Pesparani IV ini merupakan laboratorium kerukunan hidup orang Basudara untuk Indonesia dan dunia.
“kami sangat bersukacita karna ditengah kesibukan yang dialami, kita bisa meluangkan waktu untuk menghadiri acara penting ini. “Sukacita ini, bertambah-tambah karna Pesparani ini seakan mengulangi bukti bahwa Maluku telah benar-benar menjadi laboratorium kerukunan hidup orang basudara bagi indonesia dan dunia.
Artinya momentum ini sudah menjadi milik kita semua umat beragama dan bagi para kontingen yang datang dari 11 Kabupaten/Kota yang sudah mendapatkan kesan tentang negeri ini yang luhur dan damai.
Kata Wagub, malam ini benar-benar menjadi malam yang merupakan bagian dari implementasi mayang pinang mayang kelapa, timbang cengkeh di Saparua orang bilang ade deng kaka, sagu salempeng dibagi dua dan pela gandong, Semua orang boleh buat sejarah, tapi tidak semua orang bisa bikin sejarah besar hari ini, malam ini sejak pembukaan sampai dengan hari penutupan, Masyarakat Kota Tual telah membuat sejarah besar. “Ujarnya
Kenapa saya katakan demikian, karena tadi pak Uskup mengatakan bahwa pada pembukaan bapak Wali Kota Tual mengatakan bahwa umat Katolik disini cuma 0,4% tapi ternyata 0,4% ini dari sisi kearifan lokal dan budaya kita Ain ni Ain ternyata tidak kelihatan 0,4% atau yang lebih besar tapi semua melebur menjadi satu bagailkan kue Bruder bukan kue lapis.” Tutur Barnabas Orno.
Untuk itu dirinya meminta agar masyarakat di Kota Tual tetap menjaga persaudaraan sejati ini janganlah seperti kue lapis, karena tentu Bapa ibu saudaraku tau kue lapis to? Kue lapis itu kapan-kapan kasi keluar lapisan pertama tidak berpengaruh pada lapisan kedua tapi sebenarnya sudah kropos.
Tapi kalo kue bruder di cubit sedikit itu tentu saja pasti rusak,maka dengan demikian kita harus jaga supaya tidak boleh rusak.” Harapanya.
“hari ini kalau dari 0,4% untuk Basudara Katolik di kota Tual itu berarti tentunya keterlibatan power full dari semua saudara-saudara kita yang beragama muslim dan Protestan di kota Tual kota Maren.
“sungguh luar biasa, Dan ini sudah mewujudkan yang tadi saya katakan, pela gandong sebagai rumah besar kita,karna didalamnya ada keanekaragaman masyarakat Maluku yang terbentang dari timur Kepulauan Aru sampai ke barat Pulau Buru, dan dari Utara Pulau Seram sampai ke Selatan Maluku Barat Daya.” didalam ada pela gandong yaitu kalwedo di Maluku Barat Daya ada disitu.
Duan Lolat di Kepulauan Tanimbar ada disitu, Jargaria di Kepulauan Aru ada disitu, Ain ni Ain di Kei ada disitu, rolik laling velak-venak, reta mena marasehe di bumi Muvolo Buru ada disitu, Tama hananusa di Maluku Tengah ada disitu, Sakamesenusa di Seram Bagian Barat ada disitu, itawatunusa di Seram Bagian Timur ada disitu, hiti-hiti hala-hala dan laumena haulala di Pulau Ambon ada distu.
Maka mari kita jaga rasa persaudaraan ini, Karna malam ini merupakan malam terakhir tentunya semua akan pulang ke kampung halaman.
Atas nama Pemerintah Provinsi Maluku saya mengucapkan terima kasih yang sungguh kepada Wali Kota Tual dan Wakil Wali Kota Tual, Ketua panitia pesparani beserta seluruh pimpinan dan Anggota DPRD Kota Tual teristimewa seluruh masyarakat Kota Tual yang telah mengukir sejarah besar di Kota Tual yang minim umat katolik.
Hal ini sangat luar biasa karena rasa persaudaraan kita orang Maluku potong dikuku rasa didaging, karena malam ini tentunya tidak akan terulang lagi di Kota Tual mungkin sampai kapan, tapi malam ini akan membawa kesan yang tidak pernah kita lupakan.“kata Orno.
Bunga mawar itu berduri, Tapi kalau dipetik pasti tertusuk bahkan juga mengeluarkan darah, namun dengan keindahan ini bunga mawar itu pasti tak bisa dapat terlupakan dan semoga peristiwa pesparani Kota Tual dimalam ini menjadi perekat bagi rasa persaudaraan untuk masyarakat di Maluku. “tuturnya.
( Alvin )