Koranmetronews.id, Jakarta – Pemusnah limbah berbahaya dan beracun raksa dibangun di kawasan Cilengsi, Kabupaten Bogor. PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) dikenal sebagai perusahaan pengolah limbah B3, menjadi pelopor pembangunan pabrik pemusnah limbah tersebut menjadi salahsa terbesar di Indonesia dengan luas lahan mencapai 64 hektar berpusat di Klapanunggal Bogor, Jawa Barat.
Sebagai perusahaan yang fokus pada pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) selama lebih dari 27 tahun, jajaran manajemen menilai teknologi pengolahannya perlu ditingkatkan dan terus dikembangkan. Apalagi jenis Limbah B3 yang harus dapat ditangani oleh PPLI kian banyak dan meluas seluruh nusantara.
Demikian diungkapkan Presiden Diector PT PPLI, Yoshiaki Chida kepada wartawan. “Peningkatan kapasitas insinerator salah satunya,” ungkap President Director PT PPLI, Yoshiaki Chida.
Insinerasi lanjut Chida merupakan proses pengolahan limbah secara termal yang memanfaatkan energi panas untuk membakar limbah. “Proses pembakaran ini dilakukan secara terkendali pada suhu tinggi dalam suatu alat tertutup yang disebut insinerator” tandasnya.
Dijelaskannya, energi panas yang digunakan dalam proses insinerasi tidak hanya mampu menghancurkan polutan yang terkandung dalam limbah, tetapi juga mampu mengurangi massa dan volume limbah secara signifikan.
Manajemen PPLI kini telah meningkatkan layanan pengolahan limbah B3 nya dengan meng-upgrade Insinerator berukuran raksasa yang memiliki kemampuan memusnahkan limbah B3 hingga 50 ton perhari.
Sehingga jumlah total limbah B3 yang bisa diolah PPLI dari 500 ton kini menjadi 550 ton perhari. “Adanya insinerator berkapasitas besar ini akan memperkaya teknologi pengelolaan limbah yang dapat ditawarkan, sekaligus memberikan fleksibilitas bagi PPLI sebagai one-stop-service pengelolaan limbah untuk seluruh industri di Indonesia,” papar pria kelahiran negeri sakura 48 tahun silam itu.
Insinerator raksasa ini telah mengantongi izin dari kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setelah melalui proses ujicoba selama beberapa bulan.
“Dengan keluarnya izin permit ini, secara resmi insinerator bisa difungsikan secara penuh,” imbuhnya.
Lebih jelas, ia menerangkan Insenerasi limbah memanfaatkan panas untuk menghancurkan limbah dan polutan yang terkandung di dalamnya. “Limbah medis adalah salahsatu yang dapat dikelola dengan metoda ini,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Chida limbah-limbah organik yang memang dapat terbakar seperti oil sludge, paint sludge, used rags, limbah berbahan plastik, bahan dan produk kadaluwarsa, lumpur bekas pengeboran, sludge IPAL industri, bahan kimia kadaluwarsa serta sisa sampel dari lembaga riset juga menjadi ‘makanan’ insinerator.
Adapun insinerator ‘raksasa’ yang dimiliki oleh PPLI memiliki kemampuan diantaranya :
a. Model yang digunakan adalah tipe vertical stoker. Tipe ini dapat digunakan untuk limbah yang tidak tersegregasi serta limbah dengan kandungan moisture (kelembaban) tinggi dapat tetap dibakar tanpa memerlukan bahan bakar.
b. Dilengkapi dengan peralatan pengendalian emisi sehingga dapat memenuhi persyaratan emisi yang terketat sekalipun seperti persyaratan emisi Uni Eropa.
c. Tekanan di dalam insinerator selalu dijaga lebih rendah dibandingkan tekanan luar, sehingga tidak akan terjadi kebocoran gas pembakaran keluar tanpa melalui cerobong yang ada.
- Memiliki beberapa cara pemasukkan limbah ke dalam insinerator. Variasi pemasukkan limbah akan memudahkan pengolahan untuk berbagai jenis dan sifat limbah seperti padatan, cairan, sludge, dan infeksius.
- Dilengkapi dengan fixed grate furnace, untuk limbah-limbah yang akan dimusnahkan berikut dengan kemasannya misalnya limbah mercaptan yang sangat berbau atau limbah yang residu hasil pembakarannya akan di daur ulang lebih lanjut, misalnya limbah electric vehicle battery atau limbah e-waste.
Adapun pengendalian emisi yang digunakan dalam teknologi Insinerator ini diantaranya:
- Penggunaan ammonia atau urea untuk pengendalian NOx pada flue gas yang dihasilkan
- Penggunaan rapid cooling system untuk proses pendinginan flue gas secara cepat menjadi bawah 200°C, dalam waktu 2 detik. Bertujuan untuk mencegah pembentukan kembali dioxin.
- Penggunaan lime, activated carbon untuk memastikan polutan seperti sulfur/H2S, HCl, dan logam berat memenuhi baku mutu yang ada.
- Penggunaan turbo chemical baghouse filter yang pengoperasiannya dilakukan secara otomatis dan terkoneksi dengan fasilitas continuous emission monitoring system (CEMS). Pada unit ini polutan organik, sulfur, HCl, HF dan logam berat akan tersaring.
Pengoperasiannya yang terkoneksi dengan CEMS akan memastikan bila flue gasyang keluar dari kantong filter melebihi suatu nilai tertentu maka secara otomatis akan dilakukan pembersihan.
Penggunaan continuous emission monitoring system (CEMS). Insinerator PPLI dilengkapi dengan CEMS yang memantau bukan hanya temperatur, laju alir, O2 dan CO2, tetapi juga memantau HCl, NOX, SO2, CO, Opacity, CH4, HF, Dust Concentration dan Moisture. Penggunaan CEMS untuk memantau parameter di flue gas secara lengkap, merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia saat ini.
Feeding atau pengumpanan limbah ke dalam insinerator tipe vertical stocker dilakukan dengan berbagai cara yakni :
1.melalui conveyor belt, untuk limbah dalam wujud padat atau sludge tanpa cairan bebas (free liquid). Supaya limbah padat ini homogen, maka terlebih dahulu akan dilakukan pencampuran/ pengadukan di mixing pit.
2.Pemasukkan untuk limbah medis dengan sifat infeksius
3.Pemasukkan melalui pemompaan langsung ke insinerator. Ini digunakan untuk limbah dengan wujud cair seperti waste oil, solvent, alkali waste dan acid waste.
4.Pemasukkan melalui pengumpanan langsung (direct feeding) ke insinerator.
(KMN/john)